Langsung ke konten utama

Tantangan Mendidik Anak di Era Digital (Review Hari 8)



Saat ini berbagai kalangan sangat mudah dalam mengakses informasi. Fasilitas teknologi digital membuat semua informasi dapat terakses dengan cepat. Hal ini dapat diibaratkan sebagai dua mata pisau. Dampak positifnya banyak, pun demikian dampak negatifnya tak kalah banyak. Begitu banyak game online yang menyebabkan kerusakan mental anak saat ini,pornografi dan predator sex merajalela.

Bahaya pornografi di antaranya: 1) beberapa bagian otak mengalami kerusakan; 2) cenderung melakukan pelecehan seksual dan tindakan asusila; 3) tidak dapat berkonsentrasi; dan 4) tidak mapu membedakan antara yang benar dengan yang salah, juga sulit mengambil keputusan.

Pornografi bisa menyebabkan kecanduan. Kecanduan ini diawali dari melihat. Misal diawali dari melihat pakaian dalam wanita, mulai membuka internet, menemukan konten yang terbuka sedikit auratnya. Awal saat melihat konten porno akan merasa kaget, tapi mulai muncul rasa  penasaran.. Ternyata hal ini mengaktifkan hormone dopamine sehingga menjadi kecanduan untuk melihat lagi. Awalnya hanya melihat gambar yang terbuka sebagian, akhirnya mulai mencari gambar yang agak terbuka, terus meningkat hingga sampai tahap akhir yang terbuka semua

Predator sex merupakan salah satu produk yang terbentuk akibat adanya pornografi. Seorang anak yang pernah menjadi korban pelecehan seksual saat dewasa akan berpotensi menjadi pelaku (predator sex), mengalami penyimpangan seksual seperti lesbi, gay atau transgender.

Solusi dari permasalahan yang muncul dalam pendidikan fitrah seksualitas di era digital antara lain :
1. Memberikan pendidikan seksualitas sedini mungkin
2. Membangkitkan fitrah seksualitas sejak dini
3. Komunikasi yang intens antara orang tua dengan anak
4. Memperhatikan atau memonitor aktivitas anak di luar rumah
5. Membatasi screentime
6. Mendampingi anak saat menonton TV / HP
7. Mengenalkan rasa malu sejak dini

Resume Sesi Tanya Jawab
Bagaimana jika anak sudah kecanduan pornografi? Kalau sudah kecanduan harus ditangani dengan bantuan profesional. karena efek dari pornografi itu sama seperti narkoba, menimbulkan kerusakan otak. Harus diterapi dan benar-benar dijauhkan dari dunia pornografi. Dukungan keluarga yang paling penting, serta pendekatan agama tentunya. Peran sekolah melalui pendidikan agama juga penting. Sekolah juga bisa mengadakan seminar untuk memberdayakan orang tua dalam mendidik anaknya terutama untuk pendidikan seks, sehingga orang tua lebih terbuka ketika berdiskusi tentang seks bersama anak.

Beberapa langkah ini juga bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan pornografi. Pertama, harus ada edukasi, jangan langsung menghakimi. Berikan pengertian dampak buruk jika terkena pornografi. Kedua, menciptakan lingkungan yang baik. Peranan orang sekitar sangat berpengaruh. Dekatkan diri kita kepada mereka, dengan memotivasinya kalau bisa lepas dari pornografi. Ajak mereka bercerita tentang kegiatan mereka pada hari itu. Berikan hadiah kecil jika menunjukkan kemajuan walaupun sedikit. Ketiga, lakukan kegiatan positif. Memiliki family time, sekedar nonton tv bersama atau jalan-jalan bersama.
Bagaimana dengan predator seks? Seorang anak yang pernah jadi korban pelecehan seksual berpotensi kecanduan / menjadi predator seks. Kenapa kecanduan karena aktifnya hormon dopamin. Hormon yang menyebabkan seseorang merasa nyaman. Dikarenakan merasa nyaman (baca keenakan)  maka akan terus mengulang hal yang sama.
Kalau anak sudah menjadi korban harus lapor, dan mendapatkan treatment yang tepat oleh psikolog atau paramedis. Attachment orang tua dan anak harus selalu dijaga, karena pasti anak menjadi trauma.

Referensi
Diskusi Kuliah Bunda Sayang Batch 3 Materi Fitrah Seksualitas. 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...