Ceritanya hari ini sudah capek sekali, belum sempat
mengerjakan tantangan, bahkan belum sempat wawancara dengan suami. Kalau gak
ngerjain tantangan, saya sekali jika harus loncat karena ini udah masuk hari
ke-10. Dan akhirnya saya memanfaatkan moment-moment tak terduga untuk kembali
mencari jejak gaya belajar suami.
Hari ini kebetulan jadwal kontrol ke dokter. Setiap jadwal
kontrol pasti sedari pagi udah hectic dan
rempong. Nunggu di rumah sakit juga pasti lama. Jadilah setiap pulang periksa
pasti capek. Kali ini saya pulang ke rumah orang tua. Saya dan suami sempat makan bersama sebelum
suami pulang ke rumah (*karena ada urusan di rumah). Nah., dari situ jadilah
cerita banyak. Tentang apa saja. Orang tua dan suami memang klop ngobrol
tentang apa saja. Seperti tidak ada habisnya. Tak jarang bapak atau ibu
meluapkan isi hati atau masalahnya kepada suami. Kalau dulu saya yang sering
jadi tempat cerita, sekarang justru suami yang lebih dipercaya orang tua
sebagai tempat cerita.
Selain orang tua yang senang ngobrol dengan suami, beberapa
orang tua murid, kerabat, atau tetangga juga sering curhat dengan suami. Entahlah mengapa mereka sering mengajak suami
diskusi masalah atau curhat. Ketika saya tanyakan, apakah curhatan orang-orang
membebani pikirannya?. Ia menjawab tidak ada masalah, karena suami pun tidak
terlalu memikirkan curhatan orang-orang. Saya mencoba mencari alasan kenapa
suami begitu digemari orang-orang untuk curhat masalah mereka.
Kemudian, tadi saya menemukan jawaban kenapa suami disukai
golongan tua untuk urusan “percurhatan” ini. Ketika tadi ngobrol dengan orang
tua saya, mereka bercerita banyak bahkan bercerita masalah-masalah keluarga. Suami
senantiasa mendengarkan, tanpa komentar sebelum orang tua saya selesai bicara. Tidak
menyanggah, tidak menyalahkan, tidak membenarkan. Pokoknya mendengarkan, sampai
ia merasa dibutuhkan untuk berbicara. Kata Bapak, suami paling pinter membawa
perasaan orang tua. Jadi ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
pandangannya, suami akan menunggu saat yang tepat untuk berbicara dengan orang
tua. Bukan serta merta menyanggah. Suami senantiasa membiarkan lawan bicaranya
untuk menghabiskan cerita, baru kemudian ia menanggapi.
Saya baru menyadari, kalau suami memang pendengar yang baik.
Beberapa kali saya cerita juga suami tidak pernah menyanggah cerita saya. Ia lebih
memilih mendengarkan sampai saya selesai, baru berpendapat jika memang saya
membutuhkan pendapatnya (*soalnya saya lebih sering cerita gak penting.,hehe).
Saya kurang paham, apakah pendengar yang baik bisa masuk
dalam salah satu gaya belajar. Saya yang cenderung visual, agak kurang bisa menjadi
pendengar yang baik. Jadi kemungkinan, tipe pendengar yang baik tidak masuk
dalam gaya belajar viisual. Jika disangkutpautkan dengan gaya belajar,
kemungkinan menjadi pendengar yang baik bisa masuk dalam gaya belajar auditori.
Sepertinya semakin terlihat, jika gaya belajar suami cenderung ke arah
auditori. J
#harike10
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁