Langsung ke konten utama

Tabungan untuk Buku Alula


Sejak kecil saya menyukai buku mulai dari buku cerita sampai majalah. Sekarang, setelah menjadi ibu saya ingin mengenalkan buku pada Alula sejak ia masih bayi. Di tantangan hari pertama, saya sudah menceritakan bahwa belanja pertama Alula berupa buku-buku seperti buku cerita, kartu kata, boardbook, dan buku bantal. Di umur Alula yang ketiga bulan ini, ia mulai mengerti ketika dibacakan buku. Ia mulai mengoceh ketika saya memperlihatkan gambar-gambar di buku-buku yang sudah ada. Alula juga terlihat ceria ketika saya membacakan buku, sehingga saya semakin semangat mengenalkan Alula pada buku.

Semangat saya untuk membelikan beragam buku untuk Alula membuat saya tertarik dengan arisan buku Halo Balita. Namun, harganya yang berjuta-juta membuat saya maju mundur untuk beli, mengingat saya masih punya arisan yang belum lunas. Kemarin sempat tanya-tanya tentang kebermanfaatan Halo Balita dibalik harganya yang jutaan. Dan kebanyakan merekomendasikan buku tersebut. Saya hampir aja mau ikut arisannya, tapi teringat list belanja Alula yang belum terbeli akhirnya Halo Balita saya urungkan lagi.

Menurut hemat saya, buku yang dimiliki Alula masih cukup karena ia masih berusia 3 bulan. Kalau dia mulai paham lebih jauh lagi atau Alula sudah mulai bosan, saya akan membelikannya buku baru. Cita-cita saya masih tetap hendak membelikannya Halo Balita. Demi tercapainya cita-cita tersebut saya berencana membuat tabungan sendiri khusus untuk kebutuhan buku Alula. Menyisihkan Rp 7.000,00 sehari bisa menjadi salah satu alternatif untuk tabungan buku Alula. Dengan menyisihkan Rp 7.000,00 sehari maka dalam sebulan bisa terkumpul Rp 210.000,00. Jika konsisten dalam waktu 10 bulan kemungkinan Halo Balita dapat terbeli, atau molor-molornya dalam waktu setahun. Syukur-syukur ada tambahan rezeki sehingga bisa membeli dalam waktu yang lebih cepat.

Bagi saya ini bukan termasuk pemborosan tapi investasi ilmu. Toh bukunya bisa turun temurun untuk adek-adek Alula nanti. Jadi sekali beli masih bisa bermanfaat selama bertahun-tahun. Insya Allah gak ada yang percuma jika niatnya demi ilmu.


#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari

#Cerdas Finansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...