Langsung ke konten utama

Aji Mumpung Promo Clodi


Sejak awal saya memang kurang sreg dengan penggunaan pospak. Selain boros, penggunaan pospak juga mencemari lingkungan. Sedih banget melihat sampah pospak dibuang begitu saja di sungai. Saya membayangkan jika dalam sehari seorang bayi memakai 8 – 10 pospak, bagaimana jika pospak tersebut dipakai oleh ribuan bayi?. Keprihatinan saya membulatkan tekad untuk meminimalkan penggunaan pospak.

Salah satu alternatif menghindari pospak adalah clodi. Clodi bisa menyerap pipis bayi, lebih praktis dibandingkan popok kain biasa. Saya baru mencoba memakaikan clodi untuk Alula ketika libur lebaran. Mungkin karena kualitas yang kurang bagus, pipis Alula tetap saja bocor walau sudah memakai clodi. Sebelumnya saya sudah melirik-lirik clodi merk tertentu (yang kata orang recomended), tapi begitu lihat harganya, hmm... saya urungkan niat dulu. Harga clodi memang lumayan, yaitu kisaran Rp 55.000,00 – Rp 80.000,00, belum nambah insert-nya. Dan tentu saja seorang bayi tidak mungkin hanya punya satu clodi. Clodi yang sebelumnya saya beli harganya jauh lebih murah sehingga daya serapnya kurang.

Saya sempat ditawari teman yang jualan clodi, tapi masih menimbang-nimbang anggaran. Entah saya ini mamak ngirit atau pelit? Hehe. Beberapa hari kemudian teman saya itu menawarkan promo clodi dengan harga lumayan miring. Harga Rp 175.000,00 dapat 3 buah clodi, seharusnya harganya Rp 223.000,00. Saya yang kebetulan butuh, begitu ditawarkan promo senangnya bukan main. Langsung deh pesan dua paket yaitu paket reguler dan kombinasi. Semoga Alula betah ketika dipakaikan clodi, sehingga mamaknya agak irit cucian.

Memanfaatkan promo bisa jadi salah satu upaya “Cerdas Finansial” bagi para ibu. Apalagi saya yang belum berpenghasilan sendiri sejak hamil, upaya menghemat sangat penting. Pengeluaran harus benar-benar cermat dan benar-benar sesuai dengan skala kebutuhan.


#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari

#Cerdas Finansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...