Langsung ke konten utama

Review Novel "I am Sarahza"



Judul buku : I am Sarahza
Pengarang : Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra
Jumlah halaman : 364 halaman
Penerbit : Republika

Buku ini datang secara tiba-tiba. Tanpa rencana. Tanpa anggaran. Tiba-tiba sampai di pelukan lewat perantara suamiku tercinta. Pulang diklat penulisan buku, ia membawa 4 buah buku yang ia dapatkan secara gratis. Tiga buku ditulis oleh guru yang tergabung dalam satu guru satu buku dan satu buku yang lain karangan Hanum Salsabila berjudul "I am Sarahza". Saya langsung tertarik dengan buku "I am Sarahza". Kebetulan buku ini sempat menjadi perbincangan. Tak dinyana, buku ini tiba-tiba berada di hadapan.

Buku ini menceritakan perjalanan Sarahza sebelum hadir di keluarga Hanum dan Rangga. Diceritakan bahwa proses kehadiran Sarahza sangatlah panjang. Berbagai upaya telah dilakukan Hanum dan Rangga demi hadirnya seorang buah hati. Mulai dari cara konvensional hingga bayi tabung yang mengalami beberapa kali kegagalan. Bayi tabung yang menurut perhitungan manusia 99% berhasil, nyatanya tak mampu menghadirkan seorang Sarahza. 1% adalah kuasa Allah. Ia mampu mengubah prediksi manusia
Sepuluh tahun pernikahan bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu buah hati. Waktu teraebut cukup panjang dan melelahkan. Belum lagi ditambah dengan kecewa yang bertubi-tubi karena kegagalan yang berulang. Lelah, hampir putus asa, seperti itulah gambaran perjalanan Hanum dan Rangga menunggu kehadiran Sarahza.

Diceritakan bahwa Hanum berkali-kali mengikuti program bayi tabung. Berbagai pemeriksaan, uji sampel darah seolah sudah menjadi hal biasa. Jarum suntik seolah bagai kawan, demikian seringnya ia menemani. Ikhtiar yang dilakukan Hanum dan Rangga bukan ikhtiar kelas teri. Mereka melakukan program kehamilan di rumah sakit terbaik di Eropa. Bisa dibayangkan betapa berkompetennya dokter di sana, apalagi didukung dengan alat yang canggih. Menurut perhitungan manusia, kemungkinan berhasil sangatlah besar. Namun, Allah punya rencana lain. Ia ingin menunjukkan kuasanya bahwa prediksi manusia tak bisa mengalahkan sedikit pun kuasaNya.

Sarahza adalah harapan yang hampir pupus. Ketika Hanum dan Rangga sudah berada pada titik pasrah. Ketika kesempurnaan versi manusia tak lagi diagungkan. Ketika semua disandarkan hanya kepada Allah, Rabb semesta alam. Maka yang dikehendaki jadi, jadilah. Sarahza hadir dalam sandaran dan sujud yang ikhlas kepada Allah.

Buku ini mengajarkan banyak hal pada saya terutama makna kata syukur. Setiap manusia mempunyai keberuntungannya sendiri. Manusia hidup di dunia dengan takdir yang sudah ditetapkan di Lauh Mahfuz. Ada pasangan yang dikarunia anak terlabih dahulu, sementara karirnya masih merangkak perlahan. Ada pula pasangan yang dilejitkan karir dan pekerjaannya, namun Allah belum memberikan amanah seorang anak. Sementara, kita tak bisa memilih ingin didahulukan yang mana.

Bagaimana pun takdir yang Allah tetapkan, tetaplah dalam syukur. Ketika Allah mengujimu dengan pekerjaan, beruntunglah Allah sudah memberimu amanah seorang anak. Lihatlah.. betapa banyak pasangan mendamba kehadiran seorang anak. Demikian pula sebaliknya. That's life. Kita tidak bisa memilih takdir, tapi kita harus tetap mengusahakan yang terbaik.

-Temanggung, 9 Februari 2019-

Komentar

  1. berkali-kali nengok ini seliweran kalo pas lagi hunting di toko buku online. Kayaknya bagus ya..
    Terimakasih resensinya...menarik banget untuk membacanya atau memiliki buku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus mbaak..
      Inspiratif sih.. Jadi berpikir bahwa ujian orang itu sendiri".. Ada yg diuji di bagian ini.. Di bagian itu

      Hapus
  2. Hihi, bener mbak. KuasaNya memang yang paling indah 💕

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...