Langsung ke konten utama

Sisi Lain Daging Sapi..

Daging sapi. Kebanyakan orang sepertinya suka dengan daging sapi. Daging ini dapat diolah menjadi banyak sekali variasi masakan. Ada rendang, sate, dibuat campuran sop juga enak. Selain itu daging sapi juga memiliki kandungan protein, vitamin B kompleks, zat besi, lemak dan vitamin lainnya. Unsur-unsur gizi itu penting untuk kesehatan dan dibutuhkan oleh tubuh.
Tapi tahukah kamu., bahwa daging sapi tidak selamanya sebaik itu. Terdapat sisi buruk daging sapi terhadap kelangsungan hidup di bumi. Lohh.., Bagaimana bisa???
Sebuah penelitian dari National Institute of Livestock and Grassland Science di Tsubuka, Jepang menyatakan bahwa untuk menghasilkan 1 kg daging sapi emisi gas yang dihasilkan sama dengan menyalakan lampu 100 watt selama 20 hari dan oerjalanan mobil Eropa sejauh 250 km.


1 kg daging sapi = menyalakan lampu 100 watt selama 20 hari + Perjalanan mobil Eropa sejauh 250 km

Mengapa??

PBB mencatat bahwa 18 % dari emisi gas rumah kaca dunia disumbangkan oleh industri peternakan yang lebih besar daripada emisi gas rumah kaca yang dihasilkan seluruh transportasi dunia jika digabungkan (Livestock Longshadow: Environmental Issues and Options. November, 2006).
Hal itu tentu saja tidak mengherankan. Logikanya aja., dalam sebuah peternakan apalagi peternakan sapi pasti menghasilkan kotoran yang sangat banyak jumlahnya. Ketika bereaksi dengan mikroorganisme tertentu atau bakteri anaerobik maka kotoran sapi ini menghasilkan banyak gas seperti metana, karbon dioksida, nitrogen dan propena. Gas yang tertinggi adalah metana yaitu sebesar 65,7 %, diikuti oleh karbondioksida dengan prosentase 27%. Sementara gas lain dalam prosentase yang sangat sedikit, apalagi oksigen hanya 0,1 % saja (Harahap, 1987).
Bila kotoran sapi terus menumpuk maka akan memberikan kotribusi besar gas rumah kaca karena metana dan karbondioksida akan terlepas ke udara dalam jumlah yang besar. Padahal dalam sebuah peternakan tentu saja tidak hanya ada satu sapi tapi beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu sapi. Bisa dibayangkan berapa banyak karbondioksida yang dihasilkan hanya dari kotoran sapinya saja. Belum lagi pengolahan daging sapi yang membutuhkan alat potong (membutuhkan bahan bakar = emisi), transportasi (membutuhkan bahan bakar = emisi), ekspor impor (membutuhkan bahan bakar = emisi lagi). Masuk akal jika untuk menghasilkan 1 kg daging sapi saja setara dengan lampu 100 watt yang menyala 20 hari dan mobil Eropa yang melaju sejauh 250 km, karena emisi yang dibutuhkan memang sangat banyak jumlahnya.
Bahkan yang cukup mengejutkan adalah pernyataan dari Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago yang menyatakan bahwa mengganti pola makan daging dengan vegetarian 50 % lebih efektif daripada mengganti mobil SUV (Sport Utility Vehicle-jenis mobil yang boros bahan bakar) dengan mobil hibrida (mobil jenis baru yang menggabungkan antara mesin konvensional dengan motor listrik sehingga lebih hemat bahan bakar).

Nah.., salah satu pencegahan global warming adalah dengan membatasi konsumsi daging atau vegetarian. Bagi yang menyukai daging sapi.., mohon segeralah diminimalisasi. Ini demi kelangsungan hidup bumi kita juga. Kalau bukan kita yang mencintai bumi kita, lantas siapa lagi??
Let's love our earth..!!! ^^

Komentar

  1. woww... ternyata oh ternyata

    BalasHapus
  2. Dengan membatasi konsumsi daging saja sudah sangat membantu kelangsungan hidup bumi..!!
    Mari kurangi konsumsi daging..!!!
    Salam Konservasi..!! :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...